Category: tarbiyah


Assalamu’alaikum wr. wb.
tiIni ada kumpulan kata-kata yang bermakna ….. semoga bermanfaat ….

KETIKA ALLAH BERKATA TIDAK

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah ambillah kesombonganku dariku.”
Allah berkata,
“Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya.”

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.”
Allah berkata,
“Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.”

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah beri aku kesabaran.”
Allah berkata,
“Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan tidakdiberikan, kau harus meraihnya sendiri.”

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah beri aku kebahagiaan.”
Allah berkata,
“Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu.”

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan.”
Allah berkata,
“Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku.”

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.”
Allah berkata,
“Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.”

Ketika manusia berdo’a,
“Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku.
Allah berkata…
“Akhirnya kau mengerti …!”

Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.
Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali
orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan.
Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah payah.
Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan.
Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es.
Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil).
Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita.
Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya.
Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu.

Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari “pilek” dan “demam”…. dan terus berdoa.

Semoga Bermanfaat
Wassalamu’alaikum..wr..wb

ibuDalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. Continue reading

Apotek

Seorang wanita baru pindah ke sebuah kota kecil. Setelah berada di sana beberapa waktu, ia
mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia
meminta pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.
Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu. Pemilik apotek
menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan betapa senangnya ia melihat wanita itu
berkenan datang kembali ke apoteknya, dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota
mereka. Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan
suaminya menguruskan berbagai hal agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman. Lalu,
ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik.
Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek.
Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya. Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan
kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”
“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka.
Saya harap anda tidak keberatan. Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagumkagum
melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini. Dan, anda merasa apoteknya adalah
salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”
Teman, seperti inilah kita akan dihargai oleh orang lain. Inilah gambaran tentang perilaku yang kita
dapat dari perlakuan yang kita berikan pada orang lain. Sebuah penghargaan, dan juga
penghormatan, akan lebih baik, dari sekedar kritik yang tak beralasan.
Ini adalah sebuah cermin, tentang siapa kita, tentang siapa sebenarnya yang berhak untuk
mendapatkan harapan perbaikan. Kritik yang disampaikan dengan cara yang keliru, seringkali
hanya menghancurkan harapan perbaikan. Sedangkan sebuah apresiasi (penghargaan) selalu
mendorong orang lain untuk melakukan lebih baik lagi.
Jadi, teman, sampaikanlah kritik dengan lebih bijak. Selamat mencoba.

Oleh : Irfan Toni Herlambang

imagesUsai sholat subuh berjamaah, Fikri bertanya kepada para jamaah, “nomor
sepatunya berapa?” Tentu saja beragam jawabannya, ada yang 39, 41, 42
sampai ada yang 45. Ia bermaksud meminjam sepatu untuk adik sepupunya
yang akan menjalani wawancara pekerjaan di Tangerang.

Fuad, adik sepupunya yang baru datang malam hari dari Bandung,
kehilangan sepatunya saat tengah sholat di masjid depan terminal Leuwi
Panjang, Bandung. Ia hampir tak mengenakan alas kaki berangkat ke
rumah kakaknya di Sawangan, Depok. Beruntung ada orang yang berbaik
hati memberikan sepasang sandal.

Hampir semua jamaah subuh di masjid itu berniat meminjamkan sepatu,
hanya saja yang beruntung mendapat kesempatan beramal shalih sepagi
itu adalah Arif, karena ukuran sepatunya sama persis dengan yang
diinginkan Fuad, yakni 42. Maka, bersegeralah beberapa jamaah
mengantar Fuad ke rumah Arif untuk mencoba sepatu.
Continue reading

Cukup

pe Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup’.

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata ‘cukup’. Kapankah kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.
Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.
Tak perlu takut berkata cukup.
Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.
‘Cukup’ jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata ‘Cukup’

Sumber : LUPIN