Tag Archive: hidup


Doaku Untuk Cinta

Ya Allah jadikanlah aku sebagai seorang hamba yang memiliki cinta  yang luas.
Yang mampu melihat kehidupan dengan cinta,
Yang selalu berusaha untuk menjalani perputaran kehidupan yang Engkau berikan kesadaran kedalamnya dengan cinta, setiap hari.
Yang selalu resah dengan penyimpangan yang hamba lakukan. Yang selalu tergerak hatinya untuk membelanjakan hartanya, meskipun hamba sendiri tidak berharta lebih, untuk meringankan beban saudara-saudara hamba.

Ya Allah jadikanlah aku sebagai seorang hamba dengan cinta yang lahir dari kerja keras untuk menjaga rasa sayang-Mu untukku.
Yang selalu membingkai kehidupannya dengan frame cinta yang hakiki.
Yang selalu berpikir bahwa masalah terbesarnya adalah jika Engkau murka dengan semua rasa dan amalnya.
Yang selalu merasa bahwa kebahagiaan terbesarnya adalah ketika Engkau merahmati perasaan dan amalnya.
Yang ketika aku jatuh cinta, cinta itu akan membawaku kepada ketaatan.
Yang ketika aku jatuh cinta, cinta itu menghantarkanku kepada amalan-amalan yang membuat Engkau semakin cinta kepadaku.
Yang ketika aku jatuh cinta, cinta itu membentengiku dari perbuatan ingkar dan penyimpangan.

Ya Allah hantarkan hamba kepada kehidupan yang berkah dan penuh rahmat,
Tumbuhkembangkan perasaan hamba hanya dalam bingkai ketaatan,
Ikatkanlah selalu komitmen untuk menjaga hak-hak- Mu di dalam cinta, ketika cinta lawan jenis hadir dalam diri hamba.
Jadikan aku sebagai hamba yang selalu mempersembahkan cinta untuk orang yang memberi hamba jaminan cinta itu berkah dan penuh rahmat.
Jadikan aku sebagai hamba yang selalu menjalankan cinta tersebut dengan muraqobah yang ketat.
Yakinkan hamba bahwa Engkau akan memberikan pendamping yang baik sesuai kualitas kebaikan diri hamba.

Ya Allah hindarkan hamba dari cinta yang dusta,
Dekatkan hamba pada cinta yang berlindung dengan pernyataan bahwa Engkau tahu niat hamba baik, tapi kemudian melakukan penyimpangan amal.
Jauhkan hamba dari cinta yang bisu dari pernyataan taushiah dan tuli dari bisikan kebaikan.
Jauhkan hamba dari cinta yang melenakan dan menjerumuskan kepada kehidupan yang meresahkan.
Jauhkan hamba dari cinta yang sekedar diobral dengan hiasan kemaksiatan dan sekedar mengejar sebuah tuntutan sosial.

Jadikan cinta dalam hati hamba cinta yang terang seterang matahari. Cinta yang penuh dengan ketulusan dan bukan basa-basi.
Cinta yang bukan sekedar kedekatan, melainkan juga tanggung jawab. Cinta yang bukan sekedar romantika dunia, melainkan senandung mulia penduduk langit.
Jelas, terang, dan tidak ada sedikit pun yang disembunyikan.

Tetapkan cinta dalam hati hamba selalu berada dalam tingkatan ketaatan-Mu, Rasul-Mu, serta Perjuangan yang dirindukan dan Engkau Ridoi,
Anugrahkan hamba pasangan hidup yang menyejukkan pandangan, serta anak-anak saleh dan salehah sebagai bunga dan buahnya.
Cinta tulus, cinta murni, cinta yang hidup dan menghidupkan.

Itu saja Ya Rabb…
Dalam tenang ku memohon hanya kepadaMu…
Karena kutahu Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan Doa…Amin..

nikTerinspirasi dari email yang di kirim oleh teman, dia menanyakan apa sih yang di cari dari sebuah pernikahan ??
Ya saya jawab aja sekenanya, lagian saya juga belum menikah, belum tahu rasanya menikah..
Berikut ini, balasan dari imel yang ditanyakan oleh temen saya, jawaban yang ngawur tapi mudah-mudahan dapat di terima sebagai masukan, bagi yang mau melakukan pernikahan.

Mungkin ini suatu pertanyaan yang sangat mengena  sekali untuk diri saya, ya bagaiamana tidak, disaat banyak temen-temen yang nikah, saya masih asyik-asyikan ngeblog, kerja, gajian, nabung, dll padahal umurku juga sepertinya sudah cukup untuk sebuah pernikahan (bener ga sih?he..he..). Tapi menurut saya pernikahan bukan cuma sudah umur saja, ato juga tergiur dengan banyaknya teman-teman yang sudah nikah.

Hakikatnya sebuah pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan dalam biduk rumah tangga, tetapi juga menyatukan dua buah keluarga menjadi satu keluarga besar. Jangan mudah menerima pernyataan ya, ini hanya pemikiran bodoh saya tentang sebuah pernikahan.

Setelah Akad Nikah terjadi, dan di kumandangkannya dua kalimat yang sederhana “Ijab dan Kobul”, maka perubahan besar pun akan terjadi, yang haram akan menjadi halal, yang maksiat akan menjadi ibadat, kebebasan akan menjadi sebuah tanggung jawab, dan yang dulunya hanya mempunyai satu bapak dan satu ibu, kini mempunyai dua bapak dan dua ibu. Itu artinya kita harus siap dengan semua perubahan besar itu.

Ketika seseorang mengucapkan ijab dan kobul tersebut, resikonya sudah jelas, si cowok akan menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangga dan si cewek akan hidup di bawah kepemimpinan suaminya. Dia harus hidup bersamanya, taat, tunduk dan patuh kepada suaminya. Bahkan surganya ditentukan oleh bagaimana sikapnya kepada suaminya ( yang ini hasil, nguping di kajian mingguan…)
Nah jika sudah seperti itu, apabila dari awal kita sudah tidak nyaman, maka berikutnya masalah akan datang bergantian.

Tak jarang ada yang pasangan memasuki pernikahan hanya dengan sedikit persiapan untuk menghadapinya. Kadang-kadang mereka kurang memiliki kedewasaan emosional, kemantapan atau keluwesan, yang harus dimiliki dalam pasangan yang berhasil. Kita bisa melihat contoh pernikahan artis-artis Indonesia, dua bulan menikah langsung mengajukan perceraian. Apa mereka tidak memikirkan rencana jangka panjang dalam pernikahan, atau pernikahan bagi mereka hanya sebuah  tren, yang harus di ikuti ??

Nah, pertimbangan-pertimbangan yang banyak itu mungkin yang mendasari sampai saat ini saya belum berani untuk menikah ( membela diri, padahal gak lsaya² 😦 ). Dari segi umur, memang mungkin saya sudah masuk kriteria untuk menikah, tetapi saya belum cukup dewasa untuk berani mengikrarkan diri untuk membina sebuah rumah tangga.

Mungkin tulisan saya ini kurang memuaskan, tapi menurut saya, ini lah sebuah pernikahan, banyak yang harus di pertimbangkan jika seseorang ingin menikah. Tetapi semua itu terserah, kamu yang akan menjalani nya, kamu juga yang akan menanggung resikonya, tapi bagi saya , masih banyak yang harus di pertimbangkan jika ingin menikah.

Kalo belum puas atas jawaban saya,  silahkan cari sumber-sumber yang lebih relevan tentang pernikahan…maklum masih belajar dari pengalaman teman2…he..he..

Tapi menurut Anda, pernikahan itu seperti apa sih ???
Bisa di share mungkin di sini, kalo punya pendapat, kan bisa ngasih masukan lagi buwat temen yang mo nikah, hehehe…..

Ruangan Dingin ber-AC, 12 Januari 2009

Merenungi makna hidupku, merasai peranku dalam perjalanan sang waktu. Kali ini aku merasa tak lagi berhati. Kali ini di kepalaku hanya ada obsesi. Obsesi dihargai manusia dan diimbali deretan angka di rekeningku setiap bulan berganti.

Hari ini aku hanya ingin mengingat. Merindui masa saat aku bercita sederhana. Menjadi orang baik. Orang yang memberi arti bagi orang lain. Tak pernah melukai, meski setitik. Tak pernah menyakiti, meski senoktah.

Padahal aku tak pernah ingin berpura-pura dalam hidupku. Aku ingin menjadi aku. Dengan idealismeku dulu. Menyampaikan apa yang perlu kusampaikan. Tak perlu menyampaikan kepalsuan. Aku ingin menyampaikan kebenaran. Jika kepalsuan itu harus disampaikan, semata untuk membuat si palsu terkuak. Aku ingin menjadi orang baik.

Padahal aku ingin, dengan peranku aku memberi secercah harap. Seberkas asa. Bagi mereka, Tuhan. Mereka yang dihempas duka, mereka yang terluka, mereka yang menahan jerit. Meski sekedar uluran tangan. Pelukan seorang saudara. Sekedar menenangkan. Meski hanya sementara. Menjadi orang baik.

Padahal, dengan peranku, aku bisa tulus berbagi dengan mereka. Membiarkan mereka membagi luka, memberi sedikit kehangatan. Dengan ikhlasku, dengan kerelaanku. Sebagai saudara, sebagai teman, sebagai tempat berbagi. Menjadi orang baik.

Padahal dengan peranku, aku tak usah berpura-pura. Aku bisa lebih memaknai senyumku untuk menghadiahkan sedikit bahagia dihati mereka. Dengan simpati yang tak lagi palsu. Sebenar-benarnya simpati.

Padahal dengan peranku, dengan kelurusan niatku, aku ingin membuat cerita-ceritaku bermakna. Membuat kisah-kisah dari tanganku dapat merubah dunia. Membuat manusia lain lebih merasa dan berterimakasih atas takdir mereka yang lebih. Membuat mereka berlomba menjadi orang baik.

Idealisme itu…ah…doakan temans agar tetap menghujam dihatiku untuk sekedar berharap :

Yang kamai harap adalah terbentuknya Indonesia lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah Pencipta Alam Semesta

Apa yang akan ikhwah fillah lakukan begitu antum/na tahu masa depan berjalan tidak seperti yang ikhwah fillah inginkan?

Jika saya ditanya hal ini berbulan-bulan yang lalu… jawabannya akan jauh berbeda dengan jawaban hari ini. Hari ini saya akan menjawab…

Saya akan buru-buru menggulung lembaran kehidupan masa depan yang sudah penuh coretan-coretan sketsa mimpi-mimpi saya itu, lalu segera membentangkan lembaran baru… membuat sketsa baru tentang kehidupan saya dimasa depan. Meskipun sungguh pasti amat berat meruntuhkan semua konstruksi mimpi-mimpi itu, tapi itu jauh lebih manis ketimbang harus melihatnya runtuh oleh terpaan angin yang entah datang dari mana.

Saya memilih untuk percaya bahwa ada interkoneksi antara hati dari setiap orang. Hati kita ibarat pemancar gelombang radio yang juga berfungsi menerima pancaran dari pemancar lainnya. Masalahnya, kadang ego dan emosi kita berada dalam posisi yang dominan sehingga mata hati kita menjadi rabun, tak mampu menangkap sinyal-sinyal yang datang. Jangan dilupakan  pula, bahwa setiap jengkal kehidupan kita tidak lepas sedikitpun dari campur tangan-Nya. Adakalanya sinyal-sinyal itu terbelok, menguat, melemah, atau pupus sama sekali sesuai apa yang Ia kehendaki. Dan tiada satupun kita yang mampu mengelak dari ketentuannya yang Maha Mutlak.

Interkoneksi antar setiap orang inilah yang membuat seorang ibu tidak perlu menunggu keluh kesah anaknya untuk mengetahui saat anaknya membutuhkan sesuatu. Interkoneksi ini jugalah yang membuat seseorang dapat merasakan kegundahan saudaranya dan menawarkan bantuan meskipun tidak satu katapun terucap. Interkoneksi ini lah yang membuat seseorang mampu memprediksi masa depan hanya dalam satu atau dua blink saja… meskipun argumen-argumen logisnya baru terasionalisasi beberapa waktu setelahnya. Isyarat-isyarat itu, kita menyebutnya firasat… intuisi… bashirah… wangsit dll. Kadang isyarat itu sering tercampur aduk dengan ilusi paranoia, sikap apriori, sugesti pribadi, rasa percaya diri yang berlebihan yang kesemuanya bersumber dari ego yang didasari logika-logika dangkal dan pembenaran-pembenaran absurd.

Jujur, saya tidak pernah tahu atau memprediksi apakah yang akan terjadi hari ini, esok atau lusa. Yang saya tahu adalah, jika suatu amalan/aktivitas membuat amalan sunnah kita menurun, maka ada yang salah dengan aktivitas tersebut. Jika 1 atau 2 peristiwa membuat semangat kita surut dalam menggoreskan amal, maka kita pantas mempertanyakan pada diri kita di balik hati kecil kita, tentang apa yang menjadi tujuan kita melaksanakan amal itu. Kecewa adalah satu hal yang niscaya… manusiawi… natural… menjadi sunnatullah dari sifat kebalikannya yaitu puas. Namun moment itu harus segera menjadi titik balik yang membawa perubahan diri kita menjadi sosok yang lebih baik. Mungkin ada baiknya kita pasang stopwatch untuk menguji, berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berhenti kecewa. Jika kekecewaan itu membuat diri kita stagnan berhari-hari, berbulan-bulan atau bertahun-tahun, maka kita wajib bertanya kembali tentang ikrar yang kita deklarasikan setidaknya 5 kali dalam sehari. Shalatku, Ibadahku, Kehidupanku dan Kematianku hanya untuk Rabb yang satu.

Apotek

Seorang wanita baru pindah ke sebuah kota kecil. Setelah berada di sana beberapa waktu, ia
mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia
meminta pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.
Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu. Pemilik apotek
menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan betapa senangnya ia melihat wanita itu
berkenan datang kembali ke apoteknya, dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota
mereka. Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan
suaminya menguruskan berbagai hal agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman. Lalu,
ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik.
Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek.
Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya. Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan
kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”
“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka.
Saya harap anda tidak keberatan. Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagumkagum
melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini. Dan, anda merasa apoteknya adalah
salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”
Teman, seperti inilah kita akan dihargai oleh orang lain. Inilah gambaran tentang perilaku yang kita
dapat dari perlakuan yang kita berikan pada orang lain. Sebuah penghargaan, dan juga
penghormatan, akan lebih baik, dari sekedar kritik yang tak beralasan.
Ini adalah sebuah cermin, tentang siapa kita, tentang siapa sebenarnya yang berhak untuk
mendapatkan harapan perbaikan. Kritik yang disampaikan dengan cara yang keliru, seringkali
hanya menghancurkan harapan perbaikan. Sedangkan sebuah apresiasi (penghargaan) selalu
mendorong orang lain untuk melakukan lebih baik lagi.
Jadi, teman, sampaikanlah kritik dengan lebih bijak. Selamat mencoba.

Oleh : Irfan Toni Herlambang